Senin, 13 Februari 2012

Mukjizat Rasulullah saw.
Mukjizat Rasulullah saw. sangat
berlimpah. Diantaranya adalah sebagai
berikut:

1) Seorang Yahudi datang dan berkata
kepada Nabi Muhammad saw.,
“Dimana Tuhanmu?” dan Nabi
Muhammad saw. menjawab,
“Kebijakan dan KekuatanNya ada di
mana-mana, tapi dia sendiri tidak ada
pada suatu tempat tertentu.”
“Bagaimanakah Ia?” Orang tersebut
menambahkan. Nabi Muhammad saw.
berkata, “Bagaimana mungkin aku
menjelaskan bagaimana Ia, sedangkan
Ia tidak memiliki sifat-sifat makhluk?”
Orang Yahudi tersebut mengakhiri
dengan meminta bukti Muhammad
adalah nabi. Seketika itu juga batu-
batu
dan semua benda lain menyatakan
bahwa Muhammad adalah Nabi Allah,
lalu orang Yahudi tersebut menjadi
seorang muslim.
2) Suatu hari seorang Arab berkata,
“Siapa ini?” Rasulullah, jawab mereka.
“Demi Latta dan ‘Uzza,” Jawab orang
tersebut, “Kau adalah musuh
terbesarku, dan agar kaumku tidak
menyebutku lamban, kubunuh kau.”
“Berimanlah,” kata Nabi saw. Orang
Arab tersebut melempar kadal hijau
dari lengan bajunya, dan berkata, “Aku
tidak akan beriman sampai kadal ini
beriman.” Tiba-tiba kadal itu dalam
bahasa Arab yang elok berseru, “Wahai
hiasan dari semua yang akan
dikumpulkan pada hari pembalasan,
kau akan memimpin orang-orang yang
ikhlas ke surga.” “kepada siapa kamu
menyembah?” kata Nabi saw.. Kadal
tersebut menjawab, “kepada Tuhan
yang menguasai melebihi segala, Yang
Maha Tahu, dan telah menjadikan api
sebagai alat penghukumnya.” “Siapa
aku?” Muhammad saw. melanjutkan.
Kadal tersebut menjawab, “Engkau
adalah utusan Tuhan semesta alam,
dan penutup para nabi. Bahagialah
orang yang mengenalmu, dan tiada
harapan orang yang mengingkarimu.
“Tidak ada bukti yang lebih jelas
daripada ini,” Kata orang Arab
tersebut, “dan walaupun aku datang ke
sini menganggapmu musuh
terbesarku, aku sekarang mencintaimu
lebih dari hidupku, ayahku, atau ibu.
Kemudian dia mengulangi
syahadatnya,
menjadi Muslim, dan kembali ke Bani
Salim, asalnya, kemudian lebih
membawa seribu orang lebih untuk
memeluk Islam.
3) Suatu hari Muhammad bertanya
kepada seorang Mukmin bagaimana
dia menganggap saudara seimannya.
Dia mengatakan bahwa dia
menganggap mereka seperti dirinya
sendiri; senang dan susah mereka
adalah senang dan susah dirinya. Kau
adalah kekasih Allah, kata Nabi saw.,
kau akan jadi orang yang lebih kaya
dari yang lain dengan menyampaikan
shalawat kepada Muhammad, Ali, dan
keluarganya. Suatu hari Abu Bakar dan
Umar menemuinya di pasar. Umar
berkata kepadanya, “pekerjaan apa
yang telah kau lakukan?” “Aku tidak
punya apapun untuk dijual,” jawabnya,
“tetapi selalu bersalawat kepada
Muhammad dan keluarganya.” Umar
mengatakan bahwa itu tidak ada
gunanya, ketika pulang hanya akan
menemukan masalah, kelaparan, dan
kesusahan, dan malaikat yang
memberikan lapar dan haus kepada
Muhammad akan siap melayaninya.
Orang tersebut bersumpah bahwa
siapapun yang mempercayainya akan
menerima rahmat yang agung.
Seorang tukang ikan lewat. Umar dan
Abu Bakar menyuruhnya menjual
ikannya kepada orang tersebut. Umar
dan Abu Bakar mengatakan, “Beli ikan
itu, dan Nabi saw. akan
membayarnya.” Orang tersebut
mengambil ikan itu. Tukang ikan
kemudian meminta Nabi saw. untuk
membayarnya, dan diberi satu dirham.
“Ini beberapa kali lipat harga ikan
tersebut,” katanya sambil pulang.
Mukmin tersebut lalu menemukan dua
batu berharga di dalam ikan itu
seharga dua ratus dirham. Abu Bakar
dan Umar menyuruh tukang ikan
untuk
menuntutnya. Setelah mukmin
tersebut memberikan dua batu itu
kepada tukang ikan, batu itu berubah
menjadi kalajengking dan
menyengatnya. Dan kalajengking itu
pun dibuang. Ini tidak aneh, kata Abu
Bakar dan Umar. Mukmin tadi
menemukan dua batu lagi di ikan
tersebut. Abu Bakar dan Umar
memaksa tukang ikan untuk
mengambilnya. Tapi sebelum itu dua
batu itu berubah menjadi dua ular,
yang menggigitnya. Dia berteriak dan
berkata kepada muslim tersebut, ambil
ini! Aku tidak membutuhkannya.
Mukmin tadi mengambil ular itu dan
ular itu kembali menjadi batu
berharga.
4) Suatu hari sekelompok orang Yahudi
menemui Rasulullah saw., Malik bin as-
Sayf, satu dari mereka, berkata
“Engkau meyatakan dirimu adalah
Utusan Allah, namun aku tidak percaya
pada misimu hingga permadani yang
aku duduki menyaksikan
kenabianmu.”
Sedangkan Abu Lababah, seorang
Yahudi yang lain dalam kelompok
tersebut, menyatakan bahwa ia tidak
akan percaya hingga cemeti yang ia
pegang di tangannya memberikan
kesaksian yang serupa. Seorang
Yahudi
yang lain Ka’ab bin al-Asyraf
menyatakan hal yang serupa dengan
rekan-rekannya hingga keledainya
menyaksikan kebenaran Nabi.
Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah
bagi hamba Yang Maha Tinggi, setelah
bukti mukjizat misi mereka telah
dikaruniakan pada mereka, untuk
menganggap diri mereka sendiri
menunjukkan bukti seperti yang kamu
inginkan. Sebaliknya, mereka harus
merendah pada Tuhan dan
menaatiNya, dan ridha dengan apa
yang ingin Ia Karuniakan pada mereka.
Namun bukankah penjelasan tentang
aku dan kenabianku yang ada dalam
Taurat, Injil dan suhuf Ibrahim cukup
untuk meyakinkanmu kebenaran
pernyataanku?”
“Dan tidakkah kamu menemukan bukti
dalam kitab-kitab tersebut bahwa Ali
bin Abi Thalib adalah saudaraku,
penerusku, khalifah dan ciptaan terbaik
setelah aku? Tidakkah cukup bagimu
bahwa Allah telah menganugerahkan
kepadaku suatu mukjizat yang
demikian jelas sepeti Qur’an yang
seluruh manusia bersama-sama tidak
ada yang mampu membuat (serupa
dengan Qur’an) ?
“Saya tidak berani memohon pada
Tuhanku untuk memberikan
keinginan-
keinginanmu yang tidak masuk akal,
namun aku tegaskan bahwa bukti-
bukti
mukjizat misiku yang Ia telah
kehendaki
terwujud, adalah cukup memuaskanku
dan meyakinkanmu. Jika sekarang Ia
berkehendak menganugerahkan apa
yang engkau minta, itu adalah dari
ketakterhinggaan karuniaNya padaku
dan padamu! Jika Ia tidak memenuhi
keinginan-keinginanmu, itu adalah
karena hal tersebut adalah sia-sia,
terutama karena Ia telah
membawakan
bukti yang lengkap bagi keimanan.
Rasulullah saw. belum lama selesai
menyelesaikan sabdanya, maka
kemudian dengan kekuatan Ilahiah,
permadani yang diduduki oleh Malik
bin as-Sayf berbicara dan berkata:
“Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Satu Tuhan Yang Maha Indah,
yang tidak memiliki sekutu, (namun)
Sendiri dalam mencipta dan mengatur
segala sesuatu. Kepadanya seluruh
maujud bergantung, sedangkan Ia
bebas dari ketergantungan terhadap
apa pun. Baginya perubahan dan
kerusakan adalah mustahil. Ia tak
memiliki istri, tak memiliki anak, dan
tiada yang menemaniNya dalam
kerajaanNya (KekuasaanNya). Dan
aku
bersaksi bahwa engkau, wahai
Muhammad, adalah hambaNya dan
utusanNya yang telah Ia utus sebagai
petunjuk agama, dan nabi dari
keimanan yang benar, dan yang Ia
ingin menangkan di atas seluruh
agama lain, walaupun orang-orang
yang musyrik tidak menyukainya. Dan
aku juga bersaksi bahwa ‘Ali bin Abi
Thalib adalah saudaramu, penerusmu
dan khalifah ummatmu, dan makhluk
terbaik setelahmu.
Barangsiapa mencintainya
mencintaimu, dan musuhnya adalah
juga musuhmu. Barangsiapa
menaatinya menaatimu, barangsiapa
melawannya melawanu, dan
barangsiapa menaatimu menaati Allah,
dan layak memperoleh kebahagiaan
dan keridhaanNya. Barangsiapa tidak
menaatimu, tidak menaati Allah dan
akan memperoleh siksa neraka yang
paling pedih.”Menyaksikan permadani
tersebut bersaksi seperti itu, orang-
orang Yahudi tersebut tercengang.
Namun mereka mengatakan bahwa
kejadian tersebut hanyalah sihir yang
nyata.
Pernyataan tersebut membuat
permadani tersebut naik dan
membuang orang-orang Yahudi yang
duduk di atasnya, dan dengan
kekuatan Ilahiah kembali permadani
tersebut berbicara dan berkata:
“Yang Maha Tinggi mengaruniakan
kepadaku bahwa aku adalah sebuah
permadani, dan Ia membuatku
bersaksi atas KetunggalanNya dan
KeagunganNya, dan bersaksi bahwa
NabiNya Muhammad adalah Nabi yang
paling utama, dan utusan bagi semua
makhluk dan dibangkitkan dalam
keadilan dan kebenaran bersama
hamba-hamba Allah. (Ia membuatku)
juga bersaksi atas imamah
saudaranya,
penerusnya dan wazirnya, dan
diciptakan dari cahayanya, temannya,
kepercayaannya, dan pengemban
amanahnya, pelaksana janji-janji
Muhammad, penolong teman-
temannya, dan menakluk musuh-
musuhnya.
“Aku taat pada ia yang Muhammad
telah menunjuknya sebagai Imam, dan
membenci musuhnya. Oleh karena itu,
tidaklah layak orang-orang kafir
menginjakku dan duduk di atasku,
tidak
ada yang layak melakukan itu padaku
kecuali mereka yang beriman pada
Allah, rasulNya dan penerusnya.” Maka
Nabi saw. memerintahkan pada
Salman, Abu Dzar, Miqdad, dan Amir
duduk di atas permadani tersebut, dan
berkata, “Engkau telah beriman pada
apa yang elah disaksikan olehnya.”
Kemudian Ia Yang Maha Tinggi
berturut membuat cemeti di tangan
Abu Lababah maupun keledai Ka’ab bin
al-Asyraf berbicara dan bersaksi atas
KetuggalanNya, kenabian Rasulullah
Muhammad saw. dan imamah Imam
‘Ali bin Abi Thalib as.. Namun mereka
semua tetap tidak beriman pada
kebenaran Rasulullah saw!
Setelah orang-orang Yahudi tersebut
pergi maka turunlah ayat:
“Sesungguhnya orang-orang kafir
(ingkar) sama saja bagi mereka
kamu peringatkan atau tidak
kauperingatkan, mereka tak
beriman.” (QS 2(AL-BAQARAH ):6)
5) Dalam sebuah pertempuran, pedang
Ukasyah bin Mihsan ra. patah, lalu
Rasulullah memberinya sebatang kayu
yang menjadi pedang.
6) Pada suatu ketika seseorang
mendekat kepada Nabi saw., maka
nabi langsung bertanya, Anda
bermaksud ke mana? Orang tersebut
menjawab: “Saya bermaksud
menemui
keluarga saya.” Nabi saw. bersabda
lagi inginkah Anda kutunjukkan
kepada
kebaikan? “ Orang tersebut
menjawab :
“ Apa kebaikan itu?” Nabi saw.
bersabda : “ Anda bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan yang wajib disembah
kecuali
Allah Yang Esa tidak ada sekutu bagi-
Nya, dan Muhammad itu hamba dan
rasul-Nya. ” Orang tersebut berkata : “
Siapa yang bersaksi kepadamu
terhadap apa yang engkau katakan
itu ?
“ Nabi menjawab : “ Pohon ini yang
berada di tepi wadi”, maka pohon
itupun terhunjam di antara kedua
tangan Nabi dan mengucapkan
syahadat tiga kali, dan orang itu
mengikuti ungkapan pohon itu,
kemudian dia kembali ke tempatnya.
7) Orang Quraisy menaruh 360
berhala
di Ka’bah . Berhala-berhala itu jatuh
sujud ketika disebutkan ayat,
“Allah menyaksikan bahwa tiada tuhan
melainkanNya…”
(QS ALI IMRAN:18)
8. Dalam perang Khaibar, seorang Arab
Badui datang kepada Nabi saw. dan,
setelah memeluk Islam, menyatakan
keinginannya untuk ikut berperang
bersama Nabi saw.. Rasul saw. lalu
meminta beberap sahabat untuk
mengurus keperluan orang Arab Badui
itu. Ketika kaum Muslimin berhasil
menaklukkan sebuah benteng dan
mendapatkan banyak ghanimah, para
lelaki mengeluarkan sekawanan ternak
untuk digembalakan. Harta rampasan
perang itu kemudian dibagi-bagi
kepada seluruh pasukan dan si Arab
Badui itu pun memperoleh bagian.
Ketika bagiannya diberikan kepadanya,
si Arab Badui itu membawa bagiannya
ke hadapan Rasul saw. dan bertanya,
“Apakah ini?” Rasul saw. menjelaskan
bahwa itu adalah bagiannya dari harta
rampasan perang. Si Arab Badui itu
berkata, “Saya tidak datang kepadamu
untuk ini.” Sambil menunjuk lehernya,
ia melanjutkan, “Saya mengikutimu
dengan harapan bahwa saya dapat
terkena anak panah di sini dan lalu
masuk surga.” Rasul saw. bersabda,
“Jika memang itu yang kau inginkan,
Allah akan berbuat demikian.”
Dalam peperangan berikutnya di
Khaibar, mayat si Arab Badui itu
ditemukan di antara para pejuang yang
gugur dalam pertempuran. Rasul saw.
bertanya, “Apakah itu orang yang
sama?” Ketika para sahabat
mengiyakan, Rasul saw. bersabda, “Ia
jujur kepada Allah, maka Allah
mewujudkan keinginannya.”
9) Baihaqi meriwayatkan dalam Dala’il
an-Nubuwwah dan Ibnu Abdil-Barr
dalam Al-Isti’ ab dari Ummu Ashim ra.,
istri Utbah bin Farqad ra.:
Kami bertiga adalah istri-istri Utbah ra.
dan kami memakai parfum terbaik.
Tetapi, keharuman yang keluar dari
tubuh Utbah mengalahkan keharuman
kami semua. Suatu hari aku bertanya
kepada Utbah tentang rahasia aroma
tubuhnya. Ia menceritakan, “Ketika
aku
sakit, Nabi saw. datang menjengukku
dan membuka pakaianku lalu
mengambil ludahnya serta
menggosokkannya pada kedua telapak
tangannya dan menyebarkannya pada
perut dan punggungku. Sejak hari itu,
tubuhku mengeluarkan keharuman
yang mengalahkan semua
wewangian.”
10) Mukjizat Pembelahan Bulan
“Telah dekat datangnya saat itu dan
telah terbelah bulan.”
(QS 54(AL-QAMAR ):1)
Dalam riwayat-riwayat awal, kalimat ini
dijelaskan bukan sebagai suatu tanda
eskatologik, melainkan lebih sebagai
berkaitan dengansuatu mukjizat yang
dilakukan oleh Nabi untuk meyakinkan
kaum Quraisy yang meragukan
kebenaran risalah yang dibawanya: dia
membelah bulan menjadi dua bagian,
yang pada antaranya Gunung Hira
dapat dilihat. Untuk meyakinkan
orang-
orang yang tidak percaya kepada
mukjizat ini, Qadhi ‘Iyad menyatakan
bahwa:
Belum pernah diceritakan oleh
bangsa mana pun di atas bumi ini
bahwa bulan terlihat pada malam
itu sebegitu rupa sehingga dapat
dikatakan bahwa ia tidak terbelah.
Bahkan jika hal ini telah
diriwayatkan dari banyak tempat
yang berlainan, sehingga kita
harus membuang kemungkinan
bahwa semua orang setuju untuk
berdusta, toh kita tidak akan
dapat menerima ini sebagai bukti
dari kebalikannya, sebab bulan itu
tidak dilihat dengan cara yang
sama oleh orang-orang yang
berbeda … Suatu gerhana dapat
dilihat di suatu negeri, tetapi tidak
di negeri lain; di satu tempat
gerhana itu menyeluruh, sedang
di tempat lain hanya sebagian.
Karena hidup di Ceuta, Qadhi ‘Iyad
tentu saja tidak mengenal tradisi India.
Dia akan senang sekali jika
mengetahui
bahwa di bagian dunia itu diceritakan
bahwa seorang raja bernama
Syakrawati Farmad di India Selatan
benar-benar telah melihat bulan yang
terbelah itu, dan ketika dia mengetahui
dari saksi-saksi yang dapat dipercaya
tentang apa yang sedang terjadi di
Makkah pada malam itu, dia memeluk
Islam. Karena itu, pemukiman Muslim
pertama di anak benua India dianggap
sebagai akibat mukjizat tersebut. Kisah
ini tentunya lebih dikenal luas di India
selatan, dan diceritakan kembali di
sana pada akhir Abad Pertengahan
dalam suatu teks bahasa Arab. Adalah
menarik untuk dicatat bahwa bahkan
sampai pertengahan abad kesembilan
belas, sebuah miniatur dibuat di istana
Rajput (Hindu) di Kotah, yang
menunjukkan pembelahan bulan
dengan seluruh rinciannya.
Karena Muhammad disamakan, dalam
bahasa puisi, dengan matahari atau
cahaya pagi, wajarlah bagi para penyair
itu bahwa:matahari akan membelah
bulan menjadi dua,” sebagaimana
diungkapkan oleh Sana’i pada awal
abad kedua belas, dan puisi rakyat –
entah itu dalam bahasa Sindh, Panjab,
Swahili atau bahasa-bahasa lainnya –
selalu mengulang-ceritakan mukjizat
ini, dan menghiasinya dengan rincian-
rincian yang memikat. Para ahli pikir
yang lebih rasionalistik, dapat
dimengerti, menemui banyak kesulitan
jika harus menjelaskan tentang
pembelahan bulan itu, dan kadang-
kadang mereka berusaha
menghapuskan dongengan dari
peristiwa itu dan fenomena adialami
lainnya. Ahli teologi pembaru dari
India, Syah Waliullah dari Delhi,
menulis pada pertengahan abad
kedelapan belas bahwa pembelahan
bulan itu mungkin merupakan
semacam halusinasi, atau barangkali
disebabkan “oleh asap, oleh sebuah
bintang yang sedang menukik
kebawah, segumpal awan, atau
gerhana matahari atau bulan yang
mungkin telah memberi kesan bahwa
bulan tersebut benar-benar terbelah
dua.” Sekalipun demikian, dalam puisi
bahasa Arab yang ditulisnya untuk
menghormati Nabi, Syah Waliullah
pun,
bersama dengan beratus-ratus penulis
yang saleh lainnya, dengan penuh
kasih
sayang telah membicarakan tentnag
mukjizat ini yang membuktikan
kebesaran Muhammad. Sebab orang-
orang beriman tahu bahwa dia yang
benar-benar mencintai Nabi.
Sebagaimana yang dilagukan Rumi
dalam salah satu syair lirikannya,
dapat
membelah bulan dengan jari
Mushthafa.
Hadis tentang terbelahnya bulan
diriwayatkan banyak para sahabat, di
antara mereka Abdullah bin Mas’ud ,
Anas bin Maalik, Hudzaifah al-Yaman,
Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Jubair bin
Muth’im , sehingga jama’ah ahli tafsir
mengungkapkan bahwa tidak ada
khilafiyah. Bahkan Ibnu Mas’ud
bersumpah, “Demi Allah aku
menyaksikan terbelahnya bulan itu.
Terbelahnya bulan itu merupakan
tanda Kenabian Rasalullah saw. dan
terbelahnya bulan itu adalah tanda
dekatnya kiamat itu.”
11) Mukjizat: Domba Umm Ma’bad
Sekelompok Sahabat Nabi melewati
tenda Umm Ma’ bad di padang pasir,
dan berusaha membeli daging dan
kurma darinya, tetapi wanita itu sama
sekali tidak mempunyai apa-apa untuk
dimakan. Lalu Nabi menunjuk kepada
satu-satunya domba yang sedang
berbaring di pojok, dan bertanya:
“Apakah ia mempunyai susu?”
Dia berkata: Ia terlalu lemah.”
Nabi bertanya: “Apakah Engkau
mengizinkan aku untuk memerah
susunya?”
Dia berkata: “Engkau yang lebih
kusayangi daripada ayah dan ibu, jika
aku tahu ia mempunyai susu maka
aku
pasti telah memerahnya sebelumnya.”
Lalu Rasul Allah memanggil domba itu,
dan meletakkan tangannya pada
ambingnya, dan menyerukan nama
Allah, serta berdoa untuk wanita itu
dan dombanya. Tiba-tiba domba itu
menegakkan kakinya ke arahnya, dan
susu mulai mengalir. Nabi meminta
sebuah wadah untuk susu itu, dan
memerah banyak susu ke dalamnya.
Lalu dia memberikannya kepada wanita
itu agar diminum hingga kenyang, dan
dia memberikannya kepada para
sahabatnya sampai perut mereka
kenyang, dan dia sendiri minum paling
akhir. Setelah mereka memuaskan
rasa
dahaga, Nabi memerah susu sekali lagi
sampai wadah itu penuh, dan dia
meninggalkannya dan mereka
meneruskan perjalanan.
Beberapa lama kemudian suami wanita
itu, Abu Ma’bad, tiba dengan
menuntun beberapa ekor kambing
lapar yang rupanya sangat
menyedihkan dan yang sumsumnya
hampir kering. Ketika dia melihat susu
itu, dia terkejut dan bertanya
kepadanya: “Dari mana engkau
dapatkan susu ini, Umm Ma’ bad?
Sebab domba itu telah kering dan tidak
ada ternak perah di rumah ini.”
Wanita itu berkata: “Benar, tapi
seorang pria mulia telah melewati
tempat ini dan begini, begitu.”
Dia berkata: “Lukiskan
penampilannya ,
Umm Ma’ bad!?
Wanita itu berkata: “Aku melihat
seorang pria yang sangat bersih,
dengan wajah cemerlang, dengan
sopan santun sempurna. Dia tidak
kurus dan tidak botak; lemah lembut
dan anggun; matanya hitam legam,
dengan bulu mata melengkung,
suaranya merdu dan lehernya bersinar,
janggutnya tebal, alis matanya
melengkung indah. Ketika dia diam,
kemuliaan melingkupinya, dan ketika
dia berbicara dia tampak berwibawa,
dan kecemerlangan cahaya
mengelilinginya. Seorang pria yang
paling tampak dan bercahaya dari
jauh,
dan yang paling manis dan lembut hati
dari dekat.”
Al-Barzanji mengungkapkan mukjizat
ini
dalam shalawat al-Barzanji Natsar bab
XVI :
Dalam perjalanannya ke Madinah
belaw saw. berhenti di kampung
Qudaid, tempat tinggal Umi Ma’ bad al-
Khuza’i.
Beliau bermaksud membeli daging
atau susu, akan tetapi ia tidak
mempunyai persediaan.
Kemudian beliau melihat seekor
kambing di rumah itu yang tidak
digembalakan.
Maka beliau minta izin kepadanya
untuk memerahnya, Ummu Ma’ bad
memberi izin dan berkata:’Jika ada air
susunya tentu sudah kami perah.’
Beliau memerah kambing itu dengan
tangannya sambil berdoa kepada Allah,
selaku tuan dan pembimbingnya.
Maka memancarlah air susu kambing
itu dengan derasnya, sehingga dapat
diminum oleh beliau dan orang-orang
yang berada di sekitarnya.
Kemudian beliau memerah lagi, dan
setelah penuh satu bejana
ditinggalkannya sebagai tanda.
Setelah itu, datanglah Abu Ma’bad .
Tatkala melihat susu itu ia terheran-
heran.
Dia bertanya kepada istrinya: “Dari
mana kamu dapatkan susu ini, padahal
kita tidak punya kambing perah yang
berair susu.”
Jawab istrinya: “Tadi ada seorang laki-
laki pembawa berkah datang kemari,
sosok dan sifat orangnya begini-
begini.”
Suaminya berkata: “Beliau pasti orang
Quraisy,” seraya menyumpahi diri.
Seandainya ia bertemu beliau pasti ia
beriman serta mengikuti dan
menemani jejak langkah beliau.
Beliau saw. sampai di Madinah hari
Senin tanggal 12 Rabiul Awal,
kedatangannya menjadikan Madinah
bercahaya dan semarak.
Sahabat-sahabat Anshar
menjemputnya dan beliau singgah
dulu
di Quba untuk membangun masjid
yang didasarkan atas ketaqwaan.
12) Sebelum Perang Badar dimulai,
Nabi saw. menunjukkan kepada para
sahabatnya tempat para pemuka
Quraisy akan mati. Semua prediksi
Nabi saw. tepat.
13) Sebelum wafatnya, Nabi saw.
memberitahu Fathimah as. tentang
kematiannya sendiri, lalu
memberitahukan bahwa Fathimah as.
adalah orang pertama yang akan
menyusulnya. Kedua kabar ini ternyata
benar.
14) Ali bin Abi Thalib kw.
Meriwayatkan,
“Saya sedang bersama Nabi saw. di
Mekah. Setiap gunung dan pohon yang
dilewatinya mengucapkan, “As-Salamu
‘alayka ya Rasulallah,””
Farwah, menceritakan dari al-Walid bin
Abi Tsaur al-Hamdaniy, dari Ismail al
Sudiyy dari ‘Ibad Abi Yazid, dari Ali bin
Abi Thalib ra. berkata: “Kami bersama
Nabi saw. di Makkah, terus kami
bepergian bersama beliau dalam satu
perjalanan, maka setiap kami melewati
pohon-pohon dan gunung-gunung
pasti mengucapkan: “Assalamu ‘alaika
ya Rasulallah”.
15) Ibnu Abbas ra. meriwayatkan:
Seorang Arab Badui datang kepada
Rasulullah saw. dan berkata,
“Bagaimana aku bisa tahu bahwa
engkau seorang nabi?” Rasul saw.
menjawab, “Dengan kesaksian pohon
kurma itu bahwa saya adalah rasul
Allah.” Si Arab Badui setuju. Rasul saw.
kemudian memanggil pohon kurma itu
dan pohon itu pun bergerak
menghampiri Nabi saw. lalu merunduk
di hadapannya. Setelah itu, Rasul saw.
menyuruh pohon tersebut untuk
kembali lalu ia pun kembali ke
tempatnya. Si Arab Badui memeluk
Islam saat itu juga dan di situ juga.
16) Jabir ra. meriwayatkan:
Pada hari Perjanjian Hudaibiah, orang-
orang merasa kehausan dan mereka
menghampiri Nabi saw. untuk meminta
air. Air dalam bejana hanya tinggal
sedikit. Rasul saw. lalu berwudu.
Setelah itu, beliau memasukkan
tanganya ke dalam bejana dan air
keluar dari sela-sela jemarinya seperti
mengalir dari mata air. Orang-orang
pun minum dan berwudu. Jumlah
mereka seribu lima ratus orang.
17) Pada hari Perjanjian Hudaibiah,
ada
sebuah sumur yang diambil airnya oleh
seribu empat ratus orang sampai
kering. Kemudian, Rasulullah saw.
datang dan meminta bejana air.Ketika
berwudhu, beliau berkumur lalu
berdoa. Kemudian beliau meuangkan
air ke dalam sumur tersebut. Setelah
dibiarkan beberapa saat, mereka
mengambil air dari sumur tersebut
untuk mereka dan hewan-hewan
mereka sampai mereka berangkat lagi.
18) Ketika orang Mekah gagal
menghalangi orang untuk memeluk
Islam, mereka menganiaya orang-
orang mukmin. Usman bin Mazun ra.
ditampar oleh seorang musyrik dengan
sangat keras sehingga bola matanya
copot. Ketika menghadap Nabi saw.
dan melaporkan kejadian itu, nabi
menaruh kembali bola mata yang
copot ke tempatnya semula seperti
belum pernah copot.
19) Banyak kejadian yang telah Nabi
saw. tahu jauh sebelum kejadian itu.
Nabi Muhammad saw.
memperingatkan Abuzar bahwa ia akan
dizalimi Usman dan bahwa ia akan
dimandikan, dikafani, dan dikubur oleh
sekelompok orang dari Irak.
20) Nabi Muhammad saw.
memberitahu Zayd bin Suhan bahwa
salah satu anggota tubuhnya akan
mendahuluinya ke surga. Sesuai
dengan itu, dia kehilangan tangannya
di perang di Nahavend (Nahrawan?).
21) Nabi Muhammad saw. telah
memberitahukan kesyahidan Imam
Husain dan keluarganya, dan
memberikan Ummu Salamah pasir
Karbala, yang akan berubah menjadi
darah ketika pembantaian tersebut
terjadi.
22) Nabi Muhammad saw. telah
meramalkan kesyahidan dan
penguburan Imam Ali ar-Ridha’ di
Khurasan.
23) Suatu hari Nabi saw. sedang duduk
bersama Ali, Fathimah, Hasan dan
Husain, dia berkata kepada mereka,
“Kuburan kalian akan terpencar dan
terpisah satu sama lain.” Husain
bertanya apakah mereka meninggal
secara alami atau dibunuh.
Muhammad saw. menjawab, “Kamu,
kakakmu dan ayahmu akan dibunuh
dalam kezaliman, dan keturunanmu
akan dizalimi oleh tiran. Husain
bertanya kembali apakah akan ada
yang mengunjungi kuburan mereka.
Nabi saw. mengatakan “Sekelompok
orang dari umatku akan mengunjungi
kuburanmu karena aku, mereka yang
akan kutemui di hari pembalasan dan
kuselamatkan pada hari itu.”
24) Baihaqi meriwayatkan dari Ummul
Fadhl ra.:
Saya sedang memangku Imam Husain
as. Ketika Nabi saw. datang dan
memandangnya sambil menitikkan air
mata. Saya bertanya kepada beliau
mengapa menangis. Rasul saw.
mengungkapkan bahwa Jibril telah
memberitahunya bahwa para
pengikutnya akan membunuh
cucunya,
Husain ra..
25) Ibnu Asakir meriwayatkan dari
Muhammad bin Umar bin Hasan:
Suatu saat saya bersama Imam Husain
ra. di Karbala. Sang imam berkata
begitu melihat Syimar, “Allah dan
RasulNya mengatakan kebenaran.”
Ketika ditanya, ia mengutarakan, “Nabi
saw. mengabarkan bahwa beliau
melihat seekor anjing bebercak putih
mengendus darah di kulitnya.” Syimar
memiliki kusta putih dan berbintik
putih.
26) Abdurrahman bin Auf mengutip
Abu Raja’ yang meriwayatkan dari
Imran bin Husain:
Dalam sebuah perjalanan, kami
mengadu kehausan kepada Rasul saw..
Beliau saw. turun dari kendaraan lalu
memanggi beberapa orang di antara
kami dan menyuruh mereka untuk
mencari air. Mereka pergi dan bertemu
dengan seorang wanita yang
menunggang unta dengan kantung air
dari kulit di kedua sisi untanya. Mereka
pun membawa wanita itu ke hadapan
Rasul saw. yang mempersilakannya
untuk turun dari untanya.
Nabi saw. meminta diambilkan bejana
dan mengisinya dengan air dari
kantung-kantung kulit tempat air itu.
Lalu, kami dipersilakan untuk
mengambil air. Kami, empat puluh
orang yang kehausan, minum hingga
puas serta mengisi kantung air dan
bejana yang ada pada kami. Saya
bersumpah demi Allah, kantung air itu
terlihat lebih penuh daripada ketika
Nabi saw. mulai mengambil airnya.
27) Ummul Fadhl ra. bermimpi bagian
tubuhnya lepas dan jatuh ke
pangkuannya. Rasulullah mengatakan
bahwa Fatimah ra. akan melahirkan
anak laki-laki dan ditaruh di pangkuan
Ummul Fadhl ra.. Hal itu tepat. Imam
Husain lahir dan diletakkan di
pangkuan Ummul Fadhl ra..
(Diriwayatkan Baihaqi dari Ummul
Fadhl)
28) Seorang lelaki berbohong bahwa ia
tidak bisa makan menggunakan
tangan
kanan. Lalu Nabi saw. berkata,
“semoga engkau benar-benar tidak
bisa,” Lalu lelaki tersebut benar-benar
tidak bisa mengangkat tangan kanan
sampai ke mulut. (Diriwayatkan oleh
Salamah bin Akwa)
29) Seorang bayi berumur satu hari
ditanya oleh Nabi Muhammad saw.,
“Siapakah aku?” dan dia menjawab,
“Engkau adalah nabi Allah.” Sejak saat
itu, dia dapat berbicara. (diriwayatkan
oleh Khatib)
30) Seorang penyembah berhala
wanita, yang sering mencaci maki Nabi
Muhammad saw, bertemu Nabi saw.
dengan bayi berumur dua tahun di
pundaknya. Bayi tersebut memberi
salam kepadanya, mengejutkan ibunya
yang penyembah berhala. Ketika
ditanya, bayi tersebut menjawab
bahwa dia telah diberitahu oleh Tuhan
segala alam tentang Nabi Muhammad
saw.
31) Seorang anak terlambat berbicara
sampai dianggap bisu oleh orang-
orang. Dia ditanya oleh nabi, “siapa
saya?” “Utusan Allah,” Jawabnya.
Kemudian dia dapat berbicara.
32) Al-Qur’ an adalah mukjizat paling
agung nabi Muhammad saw.. Mukjizat mukjizat al-Qur’ an akan dijelaskan dalam bukti (11d) : Mukjizat Agung:Al-Qur’an

0 comments:

Posting Komentar

silahkan tinggalkan komentar anda